Sabtu, 15 April 2017



Ganti Mentri, Ganti Kurikulum
Oleh: Nur Aliah Nafiah

Kurikulum?  Sepatah kata yang tak asing selalu digaung-gaungkan dalam dunia pendidikan. Banyak sekali opini-opini masyarakat mamupun seperangkat subyek pendidikan yang mengatakan “ganti mentri, ganti kurikulum”. Namun apakah memang seperti itu? Apakah harus gonta-ganti kurikulum?
Kurikulum memang sangat pendtin dalam dunia pendidikan. Kurikulum bagikan jaln dimana pendidikan diprogramkan, seperti yang kita tahu kurikulum adalah seperangkat materi, tujuan, serta prosedur-prosedur harus dilaksanakan dalam dunia pendidikan. Telah banyak berganti kurikulum di Indonesia. Mulai dari kurikulum 75 hingga kutilas (kurikulum 2013).
Banyak alasan mengapa setiap fanti mentri, ganti kurikulum. Seperti keresahan siswa akibat kurikulum 84 yang menenkankan materi pelajaran, hingga siswa bagaiakan mesin penghafal. Berat membawa banyak buku-buku ke sekolah. Selain itu masalah cara pengajaran guru yang dulu kurikulum 2006 menggunakan metode pembelajaran Teacher Centerd Learnig, yaitu guru adalah satu-satunya sumber belajar. Hingga ganti ke kurikulum 2013 yang katanya menggunakan Student Centered Learning, yang mana siswa adalah pusat sumber belajar. Jadi guru hanya sebagai fasilitator.
Dilihat dari berbagai sudut pendidikan, seperti metode pembelajaran, sumber belajar, objek dan subjek pendidikan. Semua itu mempunyai alas an tersenduru untuk mengevaluasi kurikulum. Mulai dari mentri Pak Nuh hingga sekarang ini saya kira kurikulum pendidikan mengalami kemajuan pesat.
Sebagai seeorang yang terpelajar, marilah kita mendukung evaluasi kurikulum ini. Boleh saja kita mengkritik, namun alangkah baiknya kita juga memahami dan menjadi pendorong majunya pendidikan. Jadi menurut hemat penulis, ucapan ganti mentri, ganti kurikulum itu tidak ada salahnya. Sebab itu semua adalah upaya pemerintah dalam mencambuk majunya pendidikan.

0 komentar:

Posting Komentar