Ganti
Mentri, Ganti Kurikulum
Oleh: Nur Aliah Nafiah
Kurikulum? Sepatah kata yang tak asing selalu
digaung-gaungkan dalam dunia pendidikan. Banyak sekali opini-opini masyarakat
mamupun seperangkat subyek pendidikan yang mengatakan “ganti mentri, ganti kurikulum”. Namun apakah memang seperti itu?
Apakah harus gonta-ganti kurikulum?
Kurikulum
memang sangat pendtin dalam dunia pendidikan. Kurikulum bagikan jaln dimana
pendidikan diprogramkan, seperti yang kita tahu kurikulum adalah seperangkat
materi, tujuan, serta prosedur-prosedur harus dilaksanakan dalam dunia
pendidikan. Telah banyak berganti kurikulum di Indonesia. Mulai dari kurikulum
75 hingga kutilas (kurikulum 2013).
Banyak
alasan mengapa setiap fanti mentri, ganti kurikulum. Seperti keresahan siswa
akibat kurikulum 84 yang menenkankan materi pelajaran, hingga siswa bagaiakan
mesin penghafal. Berat membawa banyak buku-buku ke sekolah. Selain itu masalah
cara pengajaran guru yang dulu kurikulum 2006 menggunakan metode pembelajaran Teacher Centerd Learnig, yaitu guru
adalah satu-satunya sumber belajar. Hingga ganti ke kurikulum 2013 yang katanya
menggunakan Student Centered Learning,
yang mana siswa adalah pusat sumber belajar. Jadi guru hanya sebagai
fasilitator.
Dilihat
dari berbagai sudut pendidikan, seperti metode pembelajaran, sumber belajar,
objek dan subjek pendidikan. Semua itu mempunyai alas an tersenduru untuk
mengevaluasi kurikulum. Mulai dari mentri Pak
Nuh hingga sekarang ini saya kira kurikulum pendidikan mengalami kemajuan
pesat.
Sebagai
seeorang yang terpelajar, marilah kita mendukung evaluasi kurikulum ini. Boleh
saja kita mengkritik, namun alangkah baiknya kita juga memahami dan menjadi
pendorong majunya pendidikan. Jadi menurut hemat penulis, ucapan ganti mentri,
ganti kurikulum itu tidak ada salahnya. Sebab itu semua adalah upaya pemerintah
dalam mencambuk majunya pendidikan.
0 komentar:
Posting Komentar