Sabtu, 10 Juni 2017

 Pengurus HMI Tarbiyah Ucapkan Ikrar Pelantikan di Bulan Ramadhan
Oleh : Qodri Syahnaidi*

Ada hal menarik yang terjadi pada siang Sabtu (10/6). Ketika kebanyakan mahasiswa dan sebagian aktivis melakukan ibadah tidur di bulan Ramadhan, HmI Komisariat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta melakukan pelantikan Pengurus Komisariat, Pengurus Korps HMI-wati (KOHATI) dan Pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Edukasi. Pelantikan tersebut bertepatan dengan tanggal 15 Ramadhan 1438H pukul 10.00 sampai dengan pukul 13.00 wib.
Adapun tema yang diangkat pada pelantikan kali ini ialah “Peningkatan Kualitas Intelektual Berbasis Kultural dalam Mewujudkan Kader Profesional”. Tema ini merupakan arah perjuangan Rapat Anggota Komisariat (RAK) sebelumnya yang menjadi landasan bagi pengurus saat ini dalam melakukan kerja organisasi. Mengenai makna tema, dijelaskan oleh ketua umum HMI Komisariat Tarbiyah, Kanda Mulkhan Andreza dalam sambutannya, “Kita harus menghilangkan sekat-sekat di tubuh HmI  sehingga akan tercipta kultur kekeluargaan, setelah kultur tercipta, baru kita asah intelektual sehingga tercipta kader profesional yang dapat mewujudkan tujuan HmI.” Terangnya.
Pelantikan dimulai dengan melantik pengurus komisariat yang dinahkodai oleh kanda Mulkhan Andreza beserta segenap awak kapalnya (baca: pengurusnya). Pengurus komisariat ini  dilantik oleh formatur HmI Cabang Yogyakarta, Yunda Elvi Suharni. Pelantikan kali ini dilantik oleh formatur  HmI Cabang Yogyakarta karena kepengurusan HMI Cabang Yogyakarta belum dilantik. “Kita sekarang sedang masa transisi sehingga formatur yang melantik pengurus Komisariat, mengenai SK (Surat Keputusan), itu menggunakan SK istimewa yang dikeluarkan oleh formatur dan bersifat sementara, nanti setelah cabang dilantik, SK pelantikan Komisariat akan kita perbaiki dan perbaharui menjadi SK tetap.” Jelas Elvi, formatur HmI Cabang Yogyakarta. Setelah pengurus Komisariat dilantik, langsung diadakan Serah Terima Jabatan (Sertijab) antara Ketua Umum dan Sekretaris Umum demisioner dengan Ketua Umum dan Sekretaris Umum sekarang.
Ketika pengurus Komisariat selesai dilantik, dilanjutkan dengan pelantikan pengurus KOHATI dengan Ketumnya yunda Etika Nurhandayani beserta jajaran pengurusnya. SK pelantikan dibacakan oleh Ketua Bidang (Kabid) Perguran Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) HMI komisariat Tarbiyah, kanda Posman Rambe, sedangkan yang melantik ialah Ketum HMI Tarbiyah, kanda Mulkhan Andreza. Sama dengan pelantikan pengurus Komisariat, setelah pengurus KOHATI dilantik, diadakan sertijab antara Ketua Umum dan Sekretaris Umum KOHATI demisioner dengan Ketua Umum dan Sekretaris Umum KOHATI sekarang.
Pelantikan yang terakhir ialah pelantikan Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) Edukasi yang dipimpin oleh Siti Muflihah. Pengurus LAPMI Edukasi dilantik oleh Ketua Umum HMI Komisariat Tarbiyah, setelah selesai melakukan sertijab, LAPMI Edukasi periode sebelumnya membagikan buletin LAPMI Edukasi edisi  kepada alumni yang hadir, perwakilan Komisariat, serta anggota HMI lainnya. Kegiatan pelantikan ditutup dengan penampilan Tarbiyah Nyanggar yang membawakan 2 buah lagu untuk menghibur hadirin yang sedang kepanasan dan kehausan.
Pengurus HMI komisariat Tarbiyah diharapkan bisa bergabung  bersama komisariat-komisariat dilingkup HMI Koordinator Komisariat (Korkom) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam melanjutkan misi menghijau-hitamkan UIN Sunan Kalijaga. “pengurus harus mampu untuk membumikan ide-ide universal kedalam UIN Sunan Kalijaga agar terwujudnya UIN Sunan Kalijaga adil makmur yang diridhoi Allah SWT, ini menjadi tugas dari pengurus.” Jelas Fandi Ahmad dalam sambutannya sebagai demisioner Ketua Umum HMI Korkom UIN Sunan Kalijaga.



*Anggota HMI Komisariat Tarbiyah, Aktivis (katanya) yang berani mati tapi takut lapar.

Sabtu, 15 April 2017



Ujian Nasional Berbasis Komputer
Oleh: Cut Wilda M Syafina

Dunia pendidikan saat ini sudah berkembang lebih baik lagi. Rencana pemerintah menggunakan computer ini menjadi suatu proyek besar untuk kementrian pendidikan saat ini. Pada tahun 2017 merupakan tahubn pertama pelaksanaan Ujian Nasioanl secara serentak seluruh Indonesia setelah tahun lalu melakukan Ujian Nasional berbasis computer yang hanya dilaksanakan di beberapa daerah saja.
Ujian Nasional tahun ini memang sangat fenomenal mengingat belum semua sekolah memiliki fasilitas computer dan sekolah yang tidak memiliki fasilitas yang mendukung untuk pelaksanaan Ujian Nasional berbasis computer ini.
Pemerintah mulai saat ini sudah melakukan banyak percobaan serta melengkapi fasilitas computer di beberapa sekolah yang belum memiliki fasilitas computer. Jaringan internet pun memiliki banyak kendala seperti masalah teknis dalam jaringan yang embuat para peserta semakin kuwalahan dalam mengerjakan soal apabila terjadi kesalahan teknis.
Menurut saya Ujian Nasional berbasis computer ini baik untuk dilaksanakan. Namun tetap harus melihat segala kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan terjadi dan pemerintah harus bisa menjaga kendala itu. Agar para pesert adidik dapat menjalankan Ujian Nasional berbasis computer ini dengan baik dan nyaman dari segala kendala yang dapat menyebabkan kerugian bagi para peserta Ujian Nasional berbasis computer ini.


Pendidikan: Tonggak Peradaban Bangsa
Oleh: Akhmad Zukhruf Al-Faruqi

Dewasa ini kita melihat dunia yang semakin kompleks. Baik dari segi social, politik, budaya dan lain-lain. Penyebaran informasipun sudah semakin massif. Dampaknya akses pengetahuanpun sudah sangat mudah untuk dilakukan. Dengan keadaan yang seperti ini harusnya parallel dengan kecerdasan kehidupan bangsa. Tapi pada kenyataanya kita melihat masyarakat yang tidak karuan. Keadaan ini pun didukung oleh oknum pemerintah yang tidak karuan pula.
Pendidikan sebagai tonggak peradaban bangsa harsnya bisa menyelasikan masalah ini. Kita selalu terjebak pada perdebatan-perdebatan NU, MUhammadiyah, Khilafah atau Demokerasi, Salafiyah atau Modern dan lain sebagainya. Sesuatu yang sebenarnya sangat tidak produktif. Kikta selalu mengatakan bahwa bangsa kita sudah diajajh oleh pihak asing. Padahal kalau kita bisa mengambil sisi positifnya, kapitalisme bisa berjaya karena ilmu pengetahuan, komunis bisa berjaya pula karena ilmu pengetahuan. Sebenarnya kunci kemajuan bangsa adalah ilmu pengetahuan. Pancasila sebagai ideologi bangsa sebenarnya sudah menjamin kemajuan bangsa. Namun dalam tataran aplikatifnya mungkin masih perlu gebrakan yang kuat untuk benar-benar menjadikannya sebagai kunci kesuksesan bangsa ini.


Pendidikan Menakutkan?
Oleh: Muhammad Iqbal Fauzi

Dari beberapa kasus, saya melihat betapa pendidikan merupakan momok bagi beberapa  kalangan masyarakat. Kenapa demikian? Tentunya ada beberapa factor yang mempengaruhi fenomena ini yang terutama tentang biaya pendidikan yang kian mengudara.
Dari 10 orang yang tidak mengenyam pendidikan sekiranya ada 7 rang yang terkendala karena masalah biaya pendidikan bahkan sekolah-sekolah negeri yang semakin banyakpun tidak dapat mengurangi permasalahan yang semakin tahun semakin mengakar ini. Karena sulitnya seleksi masuk sekolah negeri yang lebih banyak diminati.
Tentunya sangat disayangkan jika solusi jika solusi yang disajikan oleh poemerintah justru menambah masalah baru


Pendidikan Korporat
Oleh: Muhammad Akhir

Pada hari ini kita melihat pendidikan yang sungguh sangat luar biasa berubah. Dunia pendidikan yang seharusnya menjadi jembatan untuk anak bangsa menuju peradaban masa depan yang baik dan unggul serta dapat Mengawal bangsa dan negeri ini yang dalam keadaan darurat. Hari ini sudah menjadi tidak asing lagi. Pendidikan yang atas dasar kebutuhan saja, yang kemudian tidak dipikirkan dampak yang akan timbul. Pendidikan yang seharusnya memanusiakan manusia, malah sekarang pendidikan menjadi membinasakan manusia, karena pendidikan sekarang hadir atas kebutuhan instansi atau perusahan (korporat).
Pendidikan atas dasar kebutuhan instansi sekarang sudah tidak bisa dipungkiri lagi, karena kenyataannya sekarang adalah pendidikan di Indonesia sudah Nampak dan terlihat “sipa yang memiliki uang, dial ah yang dapat dan berhak mendapatkan tempat”. Sebab demikian adanya, yang terjadi sekarang adalah bintang plus-minus antara yang terdidik dan mendidik, sehingga melahirkan para pejuang muda bangsa menjadi darurat bergaul.
Demikian sudah pendidikan sekarang, sudah sangat berubah dengan maa-masa sebelumnya. Pendidikan yang seharusnya ditanggung oleh setiap yang merasakan hidup di dunia pribumi. Jadi harapannya pendidikan korporat harus dibungkam, dimatiakan bahkan ditiadakan lagi di negeri ini.


Mahasiswa Masih Membaca?
Oleh: Sri Shaffiyah Aini Anisa

Pada era digital yang mulai merambah masyarakat Indonesia sudah sangat terlihat dari para konsumen yang membawa “handphone” dalam setiap keadaa n. Tak hanya orang dewasa, anak-anak kecil  pun sudah mulai dicicipi dengan barang elektronik . yang sederhanya adalah HP, Tab, dan TV. Sehingga barag tersebut seakan menjadi kebutuhan primer pendampingb nasi. Mulai dari wilayah ekonomi, industry sampai bidang pendidikan pun turut ardil dalam penggunaan barang elektronik tersebut.
Di setiap jalan, pertokoan, rumah makan, toko buku, bahkan di perpustakaan hamper memiliki pemandangan yang sama, yaitu orang-orang memainkan gadget. Padahal bisa saja orang tersebut berinteraksi dengan orang sekitarnya.
Dan yang mirisnya di tempat yang penuh dengan desakn buku, sebagian orang memilih untuk tetap membaca dengan gadget nyamahasiswa sebagai agen pembaharuanpun sekarang melakukan pembaharuan dengan tidak membaca buku. Untuk tugas kuliah lebih suka mengcopy-paste dari internet saja. Miris bila seorang yang seharusnya menjadibb pionir bagi bangsa, tapi lebih gemar membaca status daripada membaca buku. Buku seakan-akan menjadi barang asing dan kuno di era digital.
Kegelisahan ini kah yang harus mulai ditumbuhkan dari diri sendiri. Memperbaharui dengan membawa gadget kemana-mana, menjadi membawa buku kemanapun. Merubah membaca status orang lain di gadge dengan membaca buku dimanapun. Merubah kesukaan nyindir orang di status aplikasi dengan menulis opini atau apapun untuk kepentingan bersama dan bermanfaat.